Si Kancil yang Cerdik

Abduh Sempana
Karya : Rizananatul Hasanah
(Siswi MTs NW Boro'Tumbuh)

 Pada suatu hari di tengah rimba yang lebat, dua ekor hewan sedang menuju ke sungai untuk bermain-main. Mereka adalah Si kancil dan Si Rusa, dua sahabat yang sangat akrab.

Ketika di tengah perjalanan mereka dihadang oleh seekor buaya besar. Buaya itu ingin memangsa mereka. Kancil dan rusa berusaha menyelamatkan diri. Tetapi buaya itu tetap mengejar mereka. Karena tidak mampu membanting diri, Si Rusa menabrak sebatang pohon yang tumbang kemudian terpeleset dan terjatuh. Sementara Si Kancil berlari tanpa henti. Akhirnya buaya pun berhasil menangkap Si Rusa yang terjatuh itu dan membawanya pergi. Untunglah Si Kancil sempat menengok ke belakang dan melihat temannya yang tertangkap itu. Ia pun berbalik arah untuk membantu Si Rusa.

“Hai, Buaya, berhrnti! Kembalikan temanku!” Kata Si Rusa sambil berlari terengah-engah.

“Kejar saja kalau bisa” Jawab Buaya.

“Maafkan aku Rusa aku terlalu jauh meninggalkanmu” Kata Si Kancil dalam hati.

Buaya itu pun akhinya berhenti sejenak sambil menjaga Si Rusa yang ketakutan. Sementara itu Si Kancil masih jauh di belakang.

“Si Kancil pasti tidak mampu mengejarku.” Kata Si Buaya Membatin. Namun tiba-tiba Si Kancil sudah berada di depannya.

“Buaya, tolong lepaskan temanku.”

“Enak saja, aku susah-susah menangkapnya, kamu menyuruhku melepaskannya.” Sahut Buaya.

Tak lama kemudian, Si Kancil memikirkan sesuatu….
“Aku mohon Buaya, lepaska temanku.” Bujuk Si Kancil.

“Sekali lagi tidak.”

“Baiklah kalau begitu, akan kuceritakan sesuatu kepadamu Buaya.”

“Cerita apa, ceritakan saja.” Buaya menjadi sedikit penasaran.

“Aku menyuruhmu melepaskan Si Rusa karena dia dalam keadaan sakit. Dia sedang mengalami sakit menular. Oleh sebab itu, jika kamu bersikeras untuk tetap mengambilnya maka kamu pasti akan tertular oleh penyakitnya itu.”

“Penyakit apakah itu?” Tanya Buaya.

“Tentunya penyakit yang sangat berbahaya sekali, dan akan membunuh orang yang terjangkiti. Seperti halnya Si Rusa, mungkin hidupnya akan tidak terlalu lama lagi. Lihat saja, dia begitu kelelahan, ketakutan seperti itu. Jika kamu memakannya maka kamu pun akan ikut menjadi korban.” Kata Si Kancil berusaha meyakinkan.

“Ah, kau pasti sedang berbohong kepadaku.”

“Tidak, saya tidak berbohong. Buktikan saja kalau tidak percaya. Kemudaian kamu akan tau bagaimana nasip keluargamu nanti. Isteri dan anakmu butuh makan setiap hari, bukan.”

“Tetapi aku tidak peduli dengan semua itu, aku tidak akan melepaskannya.”

“Mengapa kamu tidak mau melepaskannya?” Tanya Si Kancil sedikt kecewa.

“Karena aku sudah sangat ingin memakannya. Aku sangat lapar sekali.”

“Terserah kamu saja. Kamu sudah tau sendiri resikonya.”

“Bagaimana kalau kau saja sebagai penggantinya.”

“Kalau aku yang kau makan lalu siapa yang akan menjaga Si Rusa. Hidupnya kan tidak terlalu lama lagi. Kasihan sekali kalau tidak ada yang menjaganya.” Jelas kancil.

“Baiklah kalau begitu, kali ini aku akan melepaskannya karena aku tidak mau mati.” Kata buaya.

Buaya pun bergegas pergi meninggalkan temapat itu. Dan Si Kancil dan Si Rusa sanagat lega karena tidak jadi di santap mentah-mentah. Mereka puna akhirnya melanjutkan perjalanan ke sungai tujuan mereka dengan perasaan bahagia. Rusa sangat berterima kasih kepada Si Kancil karena telah menolongnya.

“Terima kasih yan Kancil,” kata Rusa.

“Sama-sama. Itu sudah sudah menjadi kewajibanku sebagai seorang temanmu.”

Mereka pun akhirnya sampai di sungai dan bermain dengan riang gembira tanpa ada yang mengganggu lagi.


September, 2013

Comments